Header Ads

Breaking News
recent

Kawasan Rumah Tangga Pangan Lestari: Sebuah Strategi 'Perang' Pangan


Amerika dikenal sebagai negara adikuasa sejak ikut melibatkan diri terjun ke dalam Perang Dunia II. Tepatnya setelah Pearl Harbor dibombardir oleh burung besinya pasukan Teno Heika dari negeri matahari terbit pada tanggal 8 Desember 1941, yang kemudian oleh penduduk Amerika dikenal dengan The Day of Infamy.

Sampai saat ini Uncle Sam merupakan salah satu negara dengan pertaniannya yang sangat maju. Pada tahun 1977 saja Amerika mengekspor bahan makanan dengan nilai US $ 24 milyar. Dari seluruh hasil pertaniannya, hanya sekitar 40% yang dikonsumsi dalam negeri. Pendapatan terbesar negara ini juga bukan dari industri, tapi dari pertanian termasuk industri hasil pertaniannya. Pada detik ini, Amerika menguasai 60% cadangan pangan dunia. Sebagai contoh keberlimpahan Amerika, makanan manusia di Indonesia dengan makanan sapi di negara adikuasa tersebut komposisi gizinya lebih lengkap makanan sapi di sana. Dan tentu juga lebih mahal.

Pada awal peperangan mereka melawan tentara samurai yang menunggangi burung besi, selain bertempur di laut dengan mengandalkan armada kapal dan pesawat tempur, mereka banyak melakukan peperangan di pulau-pulau kecil. Nah sejak saat itulah mereka mulai memetik kemenangan demi kemenangan. Selain personil yang terlatih dan persenjataan tempur yang kuat, strategi yang mereka terapkan adalah strategi perang pangan.

Pada Perang Dunia II, ketika Jepang dan Amerika mengadakan peperangan di kepulauan Salomon, mereka berperang dan berebut pulau-pulau kecil untuk dikuasai. Pada waktu itu Amerika berhasil memutus jalur distribusi logistik Jepang dengan menduduki tempat-tempat pendaratan atau pelabuhan penting, sehingga logistik pasukan Nippon terputus. Sedangkan kemenangan tentara Amerika karena mereka mempunyai logistik dalam bentuk makanan kaleng yang cukup. Sehingga setelah benteng terbesar di Pulau Rabaul digempur, hampir 100.000 pasukan Jepang kelaparan. Amerika dan sekutunya menang.


Baca Juga: Taktik Perang Pangan Amerika

FAO minati Kawasan Rumah Pangan Lestari (Sumber)


Organisasi pangan dan pertanian dunia (FAO) menyatakan minatnya untuk mengadopsi program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang dikembangkan Kementerian Pertanian, kata Menteri Pertanian, Suswono.

Saat berada di Bogor, Kamis, ia menyatakan, KRPL merupakan kegiatan yang mendorong warga untuk mengembangkan tanaman pangan maupun peternakan dan perikanan skala kecil dengan memanfaatkan lahan pekarangan rumah.

"FAO meminta ini agar difilmkan untuk digunakan sebagai modul di seluruh dunia," katanya.

Suswono menyatakan, KRPL merupakan terobosan dalam menghadapi perubahan iklim melalui pemanfaatan pekarangan dalam mendukung ketersediaan serta diversifikasi pangan.

Selain membantu dalam penyediaan pangan bagi warga, menurut Mentan, KRPL juga diakui menurunkan tingkat pengeluaran rumah tangga antara Rp200.000 hingga Rp500.000 per bulan.

"Diharapkan program ini juga meningkatkan konsumsi protein masyarakat Indonesia yang saat ini sangat rendah," katanya.

Konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia saat ini baru sebesar 7,6 kilogram per kapita per tahun, sedangkan di negara-negara maju telah mencapai 40 hingga 50 kilogram per kapita per tahun.

Dengan peningkatan konsumsi protein serta penurunan konsumsi karbohidrat, menurut dia, maka diharapkan Pola Pangan Harapan (PPH) masyarakat Indonesia meningkat pula.

Saat ini, menurut Suswono, PPH masyarakat Indonesia baru sekitar 80 masih dibawah target nasional sebesar 93 dari indeks 100.

Terkait dengan hal itu, ia menyatakan, pada tahun depan jumlah KRPL akan ditingkatkan menjadi 5.000 desa dari saat ini yang masih satu desa untuk satu kabupaten.

Guna mencapai target 5.000 desa tersebut, ia mengemukakan, diperlukan anggaran sekitar Rp200 miliar yang antara lain untuk bantuan bagi pengembangan kebun bibit desa senilai Rp50 juta per desa.

Menurut dia, dengan adanya kebun bibit desa tersebut, maka warga dapat memperoleh bibit tanaman secara cuma-cuma untuk selanjutnya dibudidayakan di pekarangan masing-masing.

Jika ketersediaan bibit dalam kebun bibit desa tersebut melebihi permintaan masyarakat sekitar, dikemukakannya, maka bisa dijual keluar, dan dengan demikian hasil penjualannya dapat dimanfaatkan untuk menjadikan kebun bibit tersebut lebih berkembang lagi.

Suswono juga mengemukakan tindak lanjut komitmen Indonesia terhadap Rencana Aksi Ketahanan Pangan yang dideklarasikan pada Pertemuan Tingkat Menteri Pertanian dalam forum kerja sama kawasan ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Nigata Jepang pada 2010.

Dikatakannya, upaya pencapaian ketahanan dan kemandirian pangan melalui diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal diharapakn menjadi kontribusi penting dalam menjawab tantangan ketahanan pangan di Asia Pasifik dan mendukung suksesnya keketuaan Indonesia pada APEC 2013.


loading...

No comments:

Powered by Blogger.