Bulog Pastikan Serap Surplus Beras Selama Panen
UNTUK bisa survive Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) harus memainkan seni dagang yang baik di samping untuk menjaga ketersediaan pangan bagi rakyat.
Direktur Utama Perum Bulog, Sutarto Alimoeso menjelaksan lembaganya menjalankan beberapa strategi mulai dari mendorong availability (ketersediaan), accessability (keterjangkaun secara fisik dan ekonomi) dan stability atau stabilitas harga.
Untuk memperkuat pilar ketersediaan, Bulog melakukan penyerapan surplus selama panen. Penyerapan ini juga berfungsi menjamin harga pangan tetap tinggi dan tidak turun. "Sampai saat ini kami telah menyerap 3.312.000 ton dan dalam waktu dekat akan mencapai 3,6 juta ton," katanya di Jakarta, Kamis (11/10). Menurutnya, kalau tidak ada masalah besar atau force major jumlah ini dinilai cukup untuk cadangan. Tapi sebagai jaga-jaga Bulog tetap akan membuka opsi untuk impor dengan jumlah yang terbatas.
Selain itu, untuk memudahkan distribusi, Bulog juga melakukan pengembangan kapasitas gudang penyimpanan. "Kami telah membuka gudang baru di Nias, Sumatera Utara, Sulawesi Tenggara, Sumatera Selatan serta Ciamis dan beberapa daerah di wilayah selatan Pulau Jawa," katanya.
Di lapangan, Bulog, kata dia, akan menggunakan strategi pokok diantaranya, strategi dorong tarik. "Di mana penyuluh di lapangan yang jumlahnya 40.000 orang diarahkan untuk mendorong petani menjual langsung hasil taninya ke Bulog," katanya. Selain itu, pihaknya akan memberikan insentif, kemudahan dan kerja sama on farm dengan petani.
Dia menjelaskan, strategi yang sama akan dilakukan untuk komoditas lainnya yang dianggap sangat vital dalam menjamin ketersediaan pangan bagi rakyat. Misalnya gula, gandum, kedelai, jagung dan lain-lain. Petani diharapkan dapat menjual langsung ke Bulogmart yang akan dibentuk diberbagai daerah yang akan menjual beberapa bahan pokok langsung ke masyarakat.
Terpisah pengamat ekonomi UI, Anwar Nasution mengatakan Bulog menghadapi tantangan berat dalam melaksanakan tugasnya. "Dulu Bulog disubsidi langsung oleh negara-negara donor melalui IGGI atau CGI, sekarang tidak. Mereka harus bekerja dengan dana utang atau obligasi," katanya.
Menurutnya, Bulog tidak akan bisa seleluasa dahulu dalam menstabilkan harga karena sudah terikat dengan norma-norma perusahaan. Dan ini menjadi tantangan yang sebenarnya, Bulog dituntut kreatif memainkan seni dagang untuk dapat mengayomi kebutuhan pangan rakyat.
Sumber
loading...
No comments: