Hadapi Tengkulak, Bulog akan Potong Jalur Distribusi
DIREKTUR Utama Perum Bulog, Sutarto Alimoeso, mengakui, perubahan status lembaganya menjadi Perum mengakibatkan beberapa kendala di lapangan. Walaupun begitu, Sutarto yakin, Bulog masih dapat berbuat banyak menyelamatkan negara dari kelangkaan pangan.
Dia menjelaskan beberapa strateginya agar rakyat Indonesia tidak melulu menjadi sapi perahan para tengkulak. "Kami akan memotong jalur distribusi, juga masuk ke ranah on farm. Kalau tidak tengkulak menguasai," katanya di Jakarta dalam sebuah diskusi yang diselenggarakan Ikatan Sajana Nahdlatul Ulama (ISNU), Kamis (11/10).
Selain itu, dia menyarankan pembukaan lahan pangan baru walau dananya diambil dari pengurangan subsidi pertanian. Walaupun begitu, bila dibandingkan dengan menghilangkan subsidi pertanian, dia lebih memilih untuk menghilangkan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang selama ini dinilai salah sasaran.
Kata dia, sekarang ini rantai perdagangan mulai dari petani sampai konsumen sangat panjang. Harus melewati distributor, retailer atau impor untuk yang didatangkan dari luar negeri. "Lucunya ketiga pihak itu dikuasai oleh satu keluarga," katanya tanpa merinci.
Menurutnya, ini yang selama ini dikenal dengan istilah 'tujuh mata samurai' dan istilah-istilah lain yang mengacu pada individu yang menguasai pasar pangan.
Bulog, kata dia, akan bekerja sama dengan lembaga lain untuk mengubah pola konsumsi rakyat. "Sekarang ini, kalau masyarakat tidak mengkonsumsi beras disebut miskin," katanya.
Padahal, masih banyak makanan pokok lainnya yang dapat dipertahankan seperti jagung, sagu, singkong dan lain sebagainya.
Semakin meningkatnya konsumsi pangan Indonesia, disebut tak terlepas dari pertumbuhan penduduk. Untuk itu pembukaan lahan baru akan semakin penting. "Dengan kepemilikan sawah yang rata-rata 0,5 Ha per petani, diapa-apain juga tidak bisa," katanya.
Sumber
loading...
No comments: